PERTUKANGAN - Menjadi anak punk yang hidup berpindah-pindah dan merasakan pahit getirnya kehidupan hingga pernah dituduh jadi pelaku pembunuhan pernah dialami oleh pria yang bernama Martono (32).
Namun kini, Pria yang kerap di sapa Tono ini sukses menekuni bidang pertukangan dan bersama beberapa orang yang nyaris bernasib sama dengannya, pria ini berhasil menghasilkan berbagai macam produk yang menggunakan bahan kayu yang dijual dengan harga jutaan rupiah.
Martonopun berbagi kisah hidupnya kepada Tribunsumsel.com,Jumat,(5/2/2021).
Dikatakan Tono, bahwa dilatar belakangi broken home yang ia alami di tengah-tengah keluarga merubah dirinya dalam sekejap dan memilih jalan menjadi anak punk.
" Penyebabnya di karenakan saya mengalami broken home,jadi malas dan suntuk di rumah,dan membuat pribadi saya berubah,saya jadi pemberontak,
tiap hari kerjaannya cuma mabuk alkohol dan ingin hidup sesuai keinginan saya sendiri, dan akhirnya saya menjadi anak punk,saya bertahan hidup dengan cara menjadi pembuat tato,"katanya.
Ia juga mengatakan awal mula ia menjadi anak punk karena diajak oleh teman-temannya.
" Saya menjadi anak punk itu sejak tahun 2004, namun sempat stop ditahun 2006, kemudian kumat lagi ditahun 2008 hingga tahun 2016, selama jadi anak punk,
saya hidup dijalanan dengan teman-teman sesama anak punk,dan hidup kami pun berpindah-pindah baik dari pulau sumatera hingga pulau jawapun pernah saya datangi, kami menjadikan dunia kami selaku anak punk, sesuai keinginan kami sendiri,"katanya.
Ia juga mencerita bahwa selama menjadi anak punk, pahit getir kehidupanpun kerap ia rasakan.
" Diejek dan dicemooh oleh orang itu sudah jadi makanan sehari-hari kami,untuk mendapatkan sesuap nasipun sangat sulit, yang paling menyedihkan itu pada saat saya sudah menikah dan punya anak bayi,
saat itu anak saya nangis mau minum susu, saya mau beli susu kotak yang berat 200 gram seharga Rp 14 ribu saja saya tidak mampu membelikannya,rasanya mencari duit segitu saja sangat sulit, disitu saya cuma nangis melihat anak saya,"tutur suami dari Endang Lestari ini.
Tak hanya itu saja, iapun juga pernah mendekam di penjara karena dituduh menjadi pelaku pembunuhan.
" Saya dituduh sebagai pelaku pembunuhan teman saya sendiri,padahal saya tidak melakukannya,dan sayapun dipenjara beberapa hari, saat itu saya cuma bisa pasrah pada takdir,namun setelah beberapa hari di penjara,karena saya tidak bersalah,saya di bebaskan,"katanya.
Hingga akhirnya lanjutnya iapun diajak bergabung di SIBA Pertukangan yang di bentuk oleh PT Bukit Asam beberapa tahun belakangan ini.
" Awalnya saya memang pengrajin racing,tapi ukuran kecil, seperti untuk pembuatan liontin, nah disini disiba ini kami diajari untuk membuat produk berbahan dasar kayu, seperti meja, kursi dan yang lainnya," katanya pria kelahiran Metro lampung,15 maret 1988 ini.
Ia juga mengatakan dari binaan di Siba pertukangan inilah akhirnya mengubah hidup dan kehidupan Martono.
" Yang sebelumnya saya cuma hidup di jalanan yang seakan tidak memiliki masa depan, akhirnya saya bisa mencukupi kebutuhan keluarga saya,saya tidak bingung lagi untuk mencari uang,anak saya bisa sekolah seperti anak-anak lainnya dan derajat kamipun sedikit terangkat,"katanya.
Dijelaskan Martono,untuk setiap minggunya pihaknya mampu menghasilkan sekitar 5-6 meja kayu.
" Dan untuk produk meja yang kami hasilkan itu dibandrol dengan harga kisaran Rp 5-7 juta perproduk,"ungkap pria yang memiliki 3 orang anak ini.
" produk yang kami buat itu sengaja dibuat seperti tampak alami sehingga bisa memiliki daya jual tinggi, dan syukurnya,produk ini mendapat respon yang bagus bagi pecinta furnitur berbahan kayu,
dan produk ini pun digandrungi oleh para pajabat untuk digunakan sebagai furnitur di perkantoran,dan target kami kedepan mudah-mudahan produk yang kami pasarkan ini bisa menembus pasar internasional,"jelasnya.
Ditambahkan Martono, iapun tidak lagi mengingkan kembali kemasa lalunya dan ingin menata hidup menjadi lebih baik lagi.
" Saya ingin menyampaikan pesan kepada teman-teman yang saat ini mengalami nasib sama seperti saya dulu,jangan berputus asa,setiap manusia itu diberi kelebihan masing-masing oleh Tuhan,tinggal kita bagaimana memanfaatkan dan mencari tempat yang tepat untuk menyalurkannya," katanya.
Dilain pihak,SM CSR PT Bukit Asam,Hartono mengapresiasi atas keberhasilan para pelaku usaha yang tergabung di SIBA Pertukangan ini.
"Dengan backgroud hidup berbeda-beda, dan mereka kita bina untuk mengembangkan diri dan usahanya hingga mereka bisa bangkit dari keterpurukan dan bisa menghasilkan produk berkualitas dengan demikian tingkat kesejahteraan hidup merekapun akan meningkat,"katanya.